Jumat, 22 Juli 2011

Pemberdayaan Masyarakat


SEPERTI APA SIH MANUSIA SEJATI ITU?

Manusia dianugerahi dua hal terpenting oleh sang Pencipta, yaitu akal dan nurani. Berbeda dengan binatang yang melakukan segala tindakan berdasarkan dengan insting dan kebutuhan untuk tetap survive di alam, manusia bebas menentukan pilihannya, mau menjadi baik atau menjadi buruk. Di sini, manusia sudah dihadapkan pada pilihan, menjadi baik atau menjadi buruk. Manusia merdeka menentukan pilihannya. Manusia yang merdeka bertindak bukan karena dikontrol oleh orang lain ataupun lingkungannya, melainkan dikontrol oleh nurani dan akal sehatnya.
Dalam pelajaran (PPKn atau PMP atau apa nama mapelnya sekarang, saya tidak mengikuti kurikulum karena saya bukan pendidik - maaf), lahir sebuah istilah ‘kebebasan yang bertanggung jawab’. Artinya manusia bebas bertindak apa saja, asalkan tidak melanggar hak orang lain. Meskipun konsep kebebasan yang bertanggung jawab ini sebenarnya belum menjadikan manusia sebagai manusia merdeka. Sebab dalam ‘kebebasan yang bertanggung jawab’ sikap perbuatan manusia masih dikontrol oleh kepentingan akan hak orang lain. Namun, konsep tersebut sudah cukup bagus diterapkan, mengingat banyak diantara kita yang belum sepenuhnya mampu menggunakan akal sehat dan nurani untuk mengontrol setiap perbuatan kita. Termasuk saya pribadi juga belum mampu menjadi manusia merdeka semerdeka-merdekanya. Memang, sekali waktu saya bertindak berdasarkan nurani dan akal sehat, dan pada saat yang sama saya melihat hak orang lain membatasi perilaku saya tersebut.
Manusia merdeka, karena bertindak bersadarkan control nurani dan akal sehat, maka diapun dengan sekuat kemampuan yang dimiliki akan senatiasa menjadi manusia sejati, yang berdaya, terutama untuk kemajuan dan kesejahteraan lingkungannya. Sebab, dia akan menyadari dengan sepenuh hatinya bahwa manusia bisa berperan sebagai manusia berdaya bila bisa berperan memberi manfaat bagi kesejahteraan lingkungannya. Manusia akan memberikan banyak manfaat kepada lingkungannya bilamana dia mempunyai kapasitas lebih baik. Kapasitas tersebut bisa berupa ilmu, keahlian, kekayaan materi, tenaga dan sebagainya). Dari sudut pandang perilaku dan kapasitasnya, kita dapat mengelompokkan tingkat keberdayaan manusia menjadi empat kelompok besar.
1.     Kuadran I,  pada kuadran/level ini manusia mempunyai perilaku yang baik dan kapasitas yang bagus. Manusia yang tergolong level I ini akan menggunakan seluruh kemampuannya untuk kepentingan sesamanya. Manusia level ini merupakan tipe manusia yang paling bermanfaat bagi sesama.
Seorang manusia merdeka yang masuk kategori level ini, wow… Subhanallah… bisa Anda bayangkan betapa bumi ini akan terberkahi karena keberadaannya. Dia akan menjadi idaman dan panutan setiap orang.
2.    Kuadran II, pada kuadran ini manusia mempunyai perilaku yang baik meskipun kapasitasnya kurang. Pada level ini, kebaikannya akan lebih banyak bermanfaat bagi dirinya sendiri. Kalaupun dia bisa bermanfaat bagi sesamanya, maka kontribusi yang diberikan tidak akan terlalu besar.
Bagi, kalian yang tidak mempunyai kapasitas mencukupi, maka paling tidak berusahalah bertahanlah di level ini. Untuk menentukan masalah kapasitas mungkin kita tidak mempunyai bargaining yang cukup kuat di hadapan Sang Pencipta saat melakukan nego (memangnya makhluk punya posisi tawar di hadapan Khaliq???), jadi Sang Pencipta hanya memberi secuil dari hamparan kekayaan maupun lautan ilmu pengetahuan untuk kita. Tapi jangan berkecil hati, sebab tidak goal bernegosiasi dengan nasib (sehingga kita mempunyai kapasitas sedang-sedang saja) bukan berarti dunia kita kiamat bukan? Di awal sudah kita singgung masalah pilihan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Nah, masalah perilaku, kita bisa memilih bukan? Maka pilihlah untuk mempunyai perilaku yang baik, tolaklah mempunyai perilaku buruk. Ini akan menjadi poin plus kita untuk mempertahankan tingkat ‘berdaya’nya kita. Anggap aja, kita berdaya sama dengan mereka yang di kuadran I, beda tipis karena masalah kapasitas (itupun karena karunia yang kita terima hanya segitu, hehe….)
Ingat: jadilah manusia merdeka. Jadi jangan sampai kepikiran, ‘ah… kalau saja aku bisa merakit bom, tentu aku ledakkan musuh-musuhku!’
3.    Kuadran III, pada kuadran ini manusia mempunyai perilaku yang buruk namun dia mempunyai kapasitas rendah. Manusia yang masuk level ini tidak akan berguna sama sekali bagi lingkungannya, bahkan bagi dirinya sendiri dia juga tidak begitu berguna.
Sebenarnya, manusia pada kuadran ini paling tidak menarik untuk dibicarakan! Tapi, harus kita syukuri bahwa mereka ini tidak mempunya kapasitas mencukupi sehingga tidak bisa menyengsarakan orang lain. Alhamdulillah….
Hmmm… enaknya kita apain yak, manusia-manusia pada kuadran ini? Udah nggak bisa ngapa-ngapain, perilakunya buruk pula. Tentulah manusia ini hanya menjadi sampah masyarakat bukan? Kalian mau masuk kategori manusia kuadran ini?
4.    Kuadran IV, manusia yang masuk pada kuadran ini mempunyai perilaku buruk namun kapasitasnya sangat bagus. Manusia level ini adalah tipe manusia yang paling berbahaya bagi lingkungannya. Dia bisa menimbulkan kehancuran sebuah tatanan di masyarakat, merusak lingkungan dan merugikan manusia lain dengan kerugian yang sangat besar. Dia menggunakan segala kemampuannya untuk merugikan orang lain.
Menarik sekali membicarakan manusia yang masuk kuadran ini. Sangat menarik, karena biasanya mereka yang mempunyai kapasitas jempol namun perilaku jeblok, bisa menimbulkan kegemparan luar biasa di masyarakat. Malah sepertinya, tingkat popularitasnya melebihi manusia di kuadran I. Ya iya… lah… secara manusia kuadran I kan orang-orang lurus, perilakunya bagus, ya tentu saja tidak mau diekspos…. Begitukah? Terserah kalian saja untuk jawabannya.
Contoh yang paling nyata dari manusia kuadran IV ini, terjadi belum lama ni dan paling santer diberitakan baik di media massa maupun media-media lainnya adalah mengenai pelaku bom bunuh diri di JW Marriot dan Ritz Coulton. Dalang di balik peristiwa tersebut bisa kita pastikan merupakan warga masyarakat dunia (entah dari Negara mana, tidak perlu kita sebutkan, takut salah, nanti dikira mencemarkan nama baik suatu negara… hehehe…), yang paling penting dia termasuk manusia yang paling tidak berdaya. Kalian sepakat? Oke kalau sepakat. Berarti kesimpulannya bagaimana?
Tingkat keberdayaan setiap anggota kuadran seiring dengan tingkat kuadrannya. Maksudnya, manusia yang paling berdaya adalah yang berada di kuadran I, diikuti oleh kuadran kedua. Sedangkan manusia-manusia yang termasuk dalam kuadran IV adalah tipe manusia yang paling tidak berdaya.
Selama ini, banyak kita dengarkan, kita lihat dan kita cermati banyak program-program pemerintah yang intinya adalah peningkatan kapasitas, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan keahlian, peningkatan kualitas es-de-em lah intinya. Namun (apa saya yang kuper yak), kayaknya belum ada satupun program pemerintah mengenai peningkatan untuk memperbaiki perilaku manusia yang berdiam di bumi nusantara ini. Banyak program pemerintah yang ingin mengubah seseorang dari tidak mampu menjadi mampu melakukan sesuatu, tapi belum ada program yang ditujukan untuk mengubah seseorang yang berperilaku buruk menjadi berperilaku baik…. Ada nggak sih? Kasih tahu aku yang agak kuper dong? Please, nanti aku kasih tanda tanda tangan sebagai tanda terima kasih deh.
Malah ironisnya, banyak di antara para ‘pemimpin’ negeri yang sibuk dengan kedudukannya, sibuk untuk membersihkan diri dari kejaran aparat pemberantas korupsi, sibuk mempertahankan status dan kekuasaan, bahkan kalau perlu dengan saling tuduh, saling lempar batu (mending kalau saling melempar rupiah ke masyarakat yang miskin). Banyak dari penguasa yang saking enaknya menduduki kursi kekuasaan sampai tak mau pindah tempat, tak mau digantikan oleh orang lain. Boro-boro memperbaiki perilaku rakyatnya, lha wong perilaku mereka sendiri saja… naudzubillah. Berapa banyak sih, uang rakyat yang sudah dikemplang oleh para oknum? Berapa banyak dana pembangunan nyangkut di sana-sini? Berapa banyak ‘penghalalan segala cara’ untuk mempertahankan kursi empuk yang telah lama diduduki? Demi melihat para ‘pemimpinnya’ seperti itu, bagaimana rakyat akan berperilaku lebih baik??? Yang ada, sia-sia saja para pemberdaya sejati menularkan konsep-konsep nilai luhur yang telah semakin pudar ke masyarakat kalau panutan mereka tak memberi contoh yang baik? Sampai berbusa-busa member pidato mengenai nilai luhur kemanusiaan takkan bisa mengena kalau perilaku yang diperlihatkan para pembesar negara nggak banget githu loh….
Sudah saatnya bagi kita semua, manusia-manusia bumi Indonesia untuk mentransformasikan diri, bermetamorfosis menjadi manusia-manusia sejati, yang merdeka, menggunakan akal sehat dan hati nurani dalam setiap langkah kita. Mulai dari diri masing-masing, nggak usah menunggu contoh teladan para ‘pemimpin’. Percayalah dengan ridho Sang Pencipta, baldatun thoyibatun wa robbun ghoffur pasti terlaksana….(akar_atya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar