Jumat, 22 Juli 2011

Sosok

MBAH NGATIMIN, GURU PARA PEMBERDAYA DI KELURAHAN PATI LOR
Sosoknya begitu bersahaja, humoris dan dekat dengan masyarakat Kelurahan Pati Lor. Nama lengkap beliau Hiebertus Ngatimin Pujowinoto, biasa disapa Mbah Ngatimin oleh warga Pati Lor. Hampir seluruh warga mengenal beliau dengan baik. Terlebih lagi, aktivitas kemasyarakatan Mbah Ngatimin yang sangat padat dan menyentuh level bawah masyarakat Pati Lor.
Terlahir sebagai priyayi Jogjakarta pada 5 September 1941, Mbah Ngatimin beserta keempat anak dan istri hijrah ke Pati pada tahun 1963. Pada tahun tersebut, Mbah Ngatimin mengabdi sebagai guru PNS di SMP N 4 PATI.
Setelah tujuh tahun menetap di RT. 06/RW. III Dukuh Randukuning Kelurahan Pati Lor, Mbah Ngatimin didaulat oleh warga RT untuk menjadi  ketua RT mereka. Hal itu dikarenakan sosok Mbah Ngatimin yang komunikatif dengan warga RT serta kedekatan beliau dengan pemerintah kelurahan. Sehingga diharapkan Mbah Ngatimin akan mampu menjembatani aspirasi warga RT dengan pemerintah kelurahan. Sampai sekarang, warga masih mempercayakan posisi ketua RT kepada Mbah Ngatimin.
Selain itu, Mbah Ngatimin juga menjadi ketua kelompok budidaya Lele di Desa Mustokoharjo – sekitar 5 KM dari Pati Lor. Ketika ditanya mengapa malah menjadi ketua kelompok budidaya lele di desa lain, dengan nada bercanda Mbah ngatimin menjawab bahwa itu dikarenakan di Kelurahan Pati Lor ini tidak ada lahan untuk tambak lele. Akhirnya, beliau menyewa lahan seluas 10 m x 10 m untuk beternak lele di Desa Mustokoharjo. Dari hasil budidaya lele dan ditunjang gaji sebagai PNS inilah, Mbah Ngatimin menghidupi istri keempat anaknya hingga keempatnya sekarang berhasil sukses dan bekerja di beberapa kota besar di Indonesia.
Setelah pensiun pada tahun 2001, Mbah Ngatimin tetap sibuk dengan aktivitas sosial kemasyarakatannya sebagai ketua RT dan peternak lele. Kakek delapan cucu ini memang tidak suka berpangku tangan dan bersantai-santai di rumah. Beliau sangat senang beraktivitas dan bekerja. Ketika pada tahun 2002 Kelurahan Pati Lor mendapatkan program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), Mbah Ngatimin langsung mendaftarkan diri sebagai relawan P2KP.
Mbah Ngatimin beserta para relawan lainnya membantu tim fasilitator melakukan sosialisasi ke warga mulai dari pertemuan di tingkat RT hingga memfasilitasi pertemuan di tingkat kelurahan. Mbah Ngatimin juga berperan aktif dalam proses pemilihan anggota BKM “MEKARSARI” Kelurahan Pati Lor periode awal masa bakti 2003 – 2005. Karena jasa-jasa dan melihat keaktifan beliau selama mengawal P2KP inilah, BKM yang baru terpilih dan Pemerintah Kelurahan sepakat mengangkat Mbah Ngatimin sebagai Sekretaris BKM “MEKARSARI”.
Sepak terjang Mbah Ngatimin untuk menghidupkan BKM “MEKARSARI” patut diacungi jempol. Bahkan, bisa dikatakan bahwa tanpa Mbah Ngatimin, BKM “MEKARSARI” akan keteteran untuk menyelesaikan seluruh dokumen administrasi program P2KP. Masa-masa perjuangan ‘babat alas’ P2KP di Kelurahan Pati Lor merupakan masa yang cukup sulit bagi masyarakat untuk menyesuaikan dengan program. Sebab P2KP memang masih sangat baru bagi masyarakat. Terlebih lagi, dari sisi administrasi pelaporan, P2KP sangat rumit. Jika saja tidak ada sosok panutan yang peduli dan gigih memperjuangkan kelangsungan program ini, bisa jadi saat ini warga Pati Lor akan kesulitan menyelaraskan diri dengan program. Mbah Ngatimin dengan gigih membantu administrasi kelengkapan dokumen di BKM Pati Lor. Tidak segan-segan beliau mendatangi posko tim fasilitator untuk menanyakan format-format bantu yang harus diselesaikan BKM “MEKARSARI” dan warga Pati Lor. Mulai dari format Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya, proses pembuatan PJM Pronangkis, format untuk pelaksanaan pemilihan BKM baik tingkat RT maupun tingkat kelurahan. Selain itu, selaku Sekretaris BKM, Mbah Ngatimin juga harus menyelesaikan pembukuan sekretariat yang cukup menguras tenaga beliau. Namun, semua itu dilakukan Mbah Ngatimin dengan sukarela dan senantiasa canda mengiringi beliau bekerja.
Mbah Ngatimin berpendapat bahwa P2KP (sekarang PNPM) merupakan program yang sangat bagus sebab berusaha menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pelibatan mereka secara aktif sebagai relawan. Namun demikian, seyogyanya program juga harus realistis dan lebih menghargai relawan yang ada. Terlalu menuntut relawan untuk melakukan serangkaian kegiatan dan menyelesaikan administrasi yang sangat menguras tenaga juga dianggap kurang bijaksana. Terlebih lagi bila instruksi dari atas datang mendadak dan memberikan target waktu yang sangat mepet. Bukannya melecut relawan untuk lebih semangat, malah bisa-bisa relawan yang ada akan kabur dan tak mau lagi terlibat di program ini.
“Idealnya, orang-orang yang duduk di BKM dan perangkat BKM itu sudah tercukupi kebutuhan keluarganya sehingga mereka akan lebih fokus. Sebab ini kegiatan sosial, tanpa ada imbalan uang atau dalam bentuk apapun. Kalau 60% waktu kita digunakan untuk mengurusi kegiatan sosial, maka kocar-kacirlah ekonomi keluarga... Kalau 50%, itu saja sudah sangat bagus.” Kata Mbah Ngatimin saat ditemui fasilitator di rumah beliau.
Sambil melirik sang istri yang duduk di sampingnya, Mbah Ngatimin melanjutkan, “kalau seluruh waktu dan tenaga didedikasikan untuk PNPM ya... bisa diomelin tuh...”
Hingga saat ini, belum ada satu orangpun yang bersedia menggantikan Mbah Ngatimin, baik sebagai ketua RT mauupun sekretaris BKM. Alhasil, Mbah Ngatimin telah menjalankan tanggung jawab sebagai ketua RT selama 41 tahun dan mengalami beberapa pergantian Kepala Kelurahan!!! Dan sebagai sekretaris BKM selama 8 tahun, seusia dengan keberadaan BKM “MEKARSARI” Kelurahan Pati Lor. Mulai dari P2KP hingga menjadi PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) hingga sekarang menjadi PNPM – Mandiir Perkotaan, Mbah Ngatimin tetap asyik dengan kegiatan sosial kemasyarakatannya. Ketika koordinator dan para anggota BKM telah berganti orang-orang yang berbeda selama beberapa periode, Mbah Ngatimin tetap setia dipercaya sebagai sekretaris BKM.
Luar biasanya lagi, semangat beliau tidak pernah padam. Mbah Ngatimin tetap bersahaja, humoris dan kehadiran beliau senantiasa bisa mencairkan suasana. Tak mengherankan bila para anggota BKM dan UP-UP yang sekarang berkantor tetap di kompleks Kantor Kelurahan Pati Lor, Jalan Penjawi ini akan senang bila ada Mbah Ngatimin di kantor BKM. Guyonan-guyonan segar Mbah Ngatimin sedikit banyak akan mengusir kejenuhan mereka saat menjalankan aktivitas di program pemberdayaan masyarakat ini.
Meskipun senantiasa berusaha menjaga semangat pengabdian di masyarakat, terkadang Mbah Ngatimin juga merasa jenuh dan tertekan. Bahkan terkadang muncul perasaan ingin meletakkan tanggung jawab sebagai ketua RT maupun sekretaris BKM. Biar dipegang oleh kaum muda saja. Namun, Mbah Ngatimin juga tidak bisa sepenuhnya meletakkan tanggung jawab yang telah diamanahkan warganya. Mbah Ngatimin tetap merasa bahwa itulah pengabdiannya untuk masyarakat, peninggalan yang kelak akan mereka kenang dengan indah, akan jasa-jasa dan pengorbanannya. Baik waktu, tenaga, pikiran, bahkan terkadang juga pengorbanan biaya. Untuk menghilangkan rasa jenuh dan tekanan tanggung jawab, Mbah Ngatimin sesekali memilih rehat sejenak dari aktivitas ke-BKM-an dan menenggelamkan diri di tambak. Atau sesekali berdiam diri di rumah bersama istri, sambil mendengarkan langgam Jawa kegeramaran beliau. Begitu rasa jenuh itu hilang, Mbah Ngatimin akan kembali beraktivitas sebagai tenaga sosial yang bersemangat.
Mbah Ngatimin bersama para anggota BKM dan UPK juga berperan besar terhadap keberadaan program reward ND (Neighborhood Development) yang saat ini diterima BKM “MEKARSARI” dari Pemerintah RI. BKM “MEKARSARI” berhasil mengakses dana ND sebesar Rp.1 Milliar yang akan digunakan untuk pembangunan lingkungan berbasis komunitas. Rencananya, dana ini akan digunakan untuk membangun city walk (Penjawi Night Market) di sepanjang jalan Penjawi, Kelurahan Pati Lor.
Saat ini, Mbah Ngatimin sangat berharap akan adanya regenerasi sekretaris BKM. Beliau sangat berharap ada tokoh pemuda yang tampil untuk menggantikan tanggung jawab beliau. Namun, hingga saat ini harapan beliau belum juga terjawab. Lebih tepatnya, belum ada pemuda yang berani menjawab tantangan beliau untuk menggantikan sosok Mbah Ngatimin memegang amanah sebagai sekretaris BKM sekelas BKM “MEKARSARI” Kelurahan Pati Lor. Entah sampai kapan. (akar_atya_Juni 2011).

Tulisan ini ditulis sebagai artikel Best Practice kegiatan Pemberdayaan Masyarakat (kategori sosok tokoh) dan ditayangkan di web pnpm-mp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar