Jumat, 22 Juli 2011

Pemberdayaan Masyarakat


SEPERTI APA SIH MANUSIA SEJATI ITU?

Manusia dianugerahi dua hal terpenting oleh sang Pencipta, yaitu akal dan nurani. Berbeda dengan binatang yang melakukan segala tindakan berdasarkan dengan insting dan kebutuhan untuk tetap survive di alam, manusia bebas menentukan pilihannya, mau menjadi baik atau menjadi buruk. Di sini, manusia sudah dihadapkan pada pilihan, menjadi baik atau menjadi buruk. Manusia merdeka menentukan pilihannya. Manusia yang merdeka bertindak bukan karena dikontrol oleh orang lain ataupun lingkungannya, melainkan dikontrol oleh nurani dan akal sehatnya.
Dalam pelajaran (PPKn atau PMP atau apa nama mapelnya sekarang, saya tidak mengikuti kurikulum karena saya bukan pendidik - maaf), lahir sebuah istilah ‘kebebasan yang bertanggung jawab’. Artinya manusia bebas bertindak apa saja, asalkan tidak melanggar hak orang lain. Meskipun konsep kebebasan yang bertanggung jawab ini sebenarnya belum menjadikan manusia sebagai manusia merdeka. Sebab dalam ‘kebebasan yang bertanggung jawab’ sikap perbuatan manusia masih dikontrol oleh kepentingan akan hak orang lain. Namun, konsep tersebut sudah cukup bagus diterapkan, mengingat banyak diantara kita yang belum sepenuhnya mampu menggunakan akal sehat dan nurani untuk mengontrol setiap perbuatan kita. Termasuk saya pribadi juga belum mampu menjadi manusia merdeka semerdeka-merdekanya. Memang, sekali waktu saya bertindak berdasarkan nurani dan akal sehat, dan pada saat yang sama saya melihat hak orang lain membatasi perilaku saya tersebut.
Manusia merdeka, karena bertindak bersadarkan control nurani dan akal sehat, maka diapun dengan sekuat kemampuan yang dimiliki akan senatiasa menjadi manusia sejati, yang berdaya, terutama untuk kemajuan dan kesejahteraan lingkungannya. Sebab, dia akan menyadari dengan sepenuh hatinya bahwa manusia bisa berperan sebagai manusia berdaya bila bisa berperan memberi manfaat bagi kesejahteraan lingkungannya. Manusia akan memberikan banyak manfaat kepada lingkungannya bilamana dia mempunyai kapasitas lebih baik. Kapasitas tersebut bisa berupa ilmu, keahlian, kekayaan materi, tenaga dan sebagainya). Dari sudut pandang perilaku dan kapasitasnya, kita dapat mengelompokkan tingkat keberdayaan manusia menjadi empat kelompok besar.
1.     Kuadran I,  pada kuadran/level ini manusia mempunyai perilaku yang baik dan kapasitas yang bagus. Manusia yang tergolong level I ini akan menggunakan seluruh kemampuannya untuk kepentingan sesamanya. Manusia level ini merupakan tipe manusia yang paling bermanfaat bagi sesama.
Seorang manusia merdeka yang masuk kategori level ini, wow… Subhanallah… bisa Anda bayangkan betapa bumi ini akan terberkahi karena keberadaannya. Dia akan menjadi idaman dan panutan setiap orang.
2.    Kuadran II, pada kuadran ini manusia mempunyai perilaku yang baik meskipun kapasitasnya kurang. Pada level ini, kebaikannya akan lebih banyak bermanfaat bagi dirinya sendiri. Kalaupun dia bisa bermanfaat bagi sesamanya, maka kontribusi yang diberikan tidak akan terlalu besar.
Bagi, kalian yang tidak mempunyai kapasitas mencukupi, maka paling tidak berusahalah bertahanlah di level ini. Untuk menentukan masalah kapasitas mungkin kita tidak mempunyai bargaining yang cukup kuat di hadapan Sang Pencipta saat melakukan nego (memangnya makhluk punya posisi tawar di hadapan Khaliq???), jadi Sang Pencipta hanya memberi secuil dari hamparan kekayaan maupun lautan ilmu pengetahuan untuk kita. Tapi jangan berkecil hati, sebab tidak goal bernegosiasi dengan nasib (sehingga kita mempunyai kapasitas sedang-sedang saja) bukan berarti dunia kita kiamat bukan? Di awal sudah kita singgung masalah pilihan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Nah, masalah perilaku, kita bisa memilih bukan? Maka pilihlah untuk mempunyai perilaku yang baik, tolaklah mempunyai perilaku buruk. Ini akan menjadi poin plus kita untuk mempertahankan tingkat ‘berdaya’nya kita. Anggap aja, kita berdaya sama dengan mereka yang di kuadran I, beda tipis karena masalah kapasitas (itupun karena karunia yang kita terima hanya segitu, hehe….)
Ingat: jadilah manusia merdeka. Jadi jangan sampai kepikiran, ‘ah… kalau saja aku bisa merakit bom, tentu aku ledakkan musuh-musuhku!’
3.    Kuadran III, pada kuadran ini manusia mempunyai perilaku yang buruk namun dia mempunyai kapasitas rendah. Manusia yang masuk level ini tidak akan berguna sama sekali bagi lingkungannya, bahkan bagi dirinya sendiri dia juga tidak begitu berguna.
Sebenarnya, manusia pada kuadran ini paling tidak menarik untuk dibicarakan! Tapi, harus kita syukuri bahwa mereka ini tidak mempunya kapasitas mencukupi sehingga tidak bisa menyengsarakan orang lain. Alhamdulillah….
Hmmm… enaknya kita apain yak, manusia-manusia pada kuadran ini? Udah nggak bisa ngapa-ngapain, perilakunya buruk pula. Tentulah manusia ini hanya menjadi sampah masyarakat bukan? Kalian mau masuk kategori manusia kuadran ini?
4.    Kuadran IV, manusia yang masuk pada kuadran ini mempunyai perilaku buruk namun kapasitasnya sangat bagus. Manusia level ini adalah tipe manusia yang paling berbahaya bagi lingkungannya. Dia bisa menimbulkan kehancuran sebuah tatanan di masyarakat, merusak lingkungan dan merugikan manusia lain dengan kerugian yang sangat besar. Dia menggunakan segala kemampuannya untuk merugikan orang lain.
Menarik sekali membicarakan manusia yang masuk kuadran ini. Sangat menarik, karena biasanya mereka yang mempunyai kapasitas jempol namun perilaku jeblok, bisa menimbulkan kegemparan luar biasa di masyarakat. Malah sepertinya, tingkat popularitasnya melebihi manusia di kuadran I. Ya iya… lah… secara manusia kuadran I kan orang-orang lurus, perilakunya bagus, ya tentu saja tidak mau diekspos…. Begitukah? Terserah kalian saja untuk jawabannya.
Contoh yang paling nyata dari manusia kuadran IV ini, terjadi belum lama ni dan paling santer diberitakan baik di media massa maupun media-media lainnya adalah mengenai pelaku bom bunuh diri di JW Marriot dan Ritz Coulton. Dalang di balik peristiwa tersebut bisa kita pastikan merupakan warga masyarakat dunia (entah dari Negara mana, tidak perlu kita sebutkan, takut salah, nanti dikira mencemarkan nama baik suatu negara… hehehe…), yang paling penting dia termasuk manusia yang paling tidak berdaya. Kalian sepakat? Oke kalau sepakat. Berarti kesimpulannya bagaimana?
Tingkat keberdayaan setiap anggota kuadran seiring dengan tingkat kuadrannya. Maksudnya, manusia yang paling berdaya adalah yang berada di kuadran I, diikuti oleh kuadran kedua. Sedangkan manusia-manusia yang termasuk dalam kuadran IV adalah tipe manusia yang paling tidak berdaya.
Selama ini, banyak kita dengarkan, kita lihat dan kita cermati banyak program-program pemerintah yang intinya adalah peningkatan kapasitas, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan keahlian, peningkatan kualitas es-de-em lah intinya. Namun (apa saya yang kuper yak), kayaknya belum ada satupun program pemerintah mengenai peningkatan untuk memperbaiki perilaku manusia yang berdiam di bumi nusantara ini. Banyak program pemerintah yang ingin mengubah seseorang dari tidak mampu menjadi mampu melakukan sesuatu, tapi belum ada program yang ditujukan untuk mengubah seseorang yang berperilaku buruk menjadi berperilaku baik…. Ada nggak sih? Kasih tahu aku yang agak kuper dong? Please, nanti aku kasih tanda tanda tangan sebagai tanda terima kasih deh.
Malah ironisnya, banyak di antara para ‘pemimpin’ negeri yang sibuk dengan kedudukannya, sibuk untuk membersihkan diri dari kejaran aparat pemberantas korupsi, sibuk mempertahankan status dan kekuasaan, bahkan kalau perlu dengan saling tuduh, saling lempar batu (mending kalau saling melempar rupiah ke masyarakat yang miskin). Banyak dari penguasa yang saking enaknya menduduki kursi kekuasaan sampai tak mau pindah tempat, tak mau digantikan oleh orang lain. Boro-boro memperbaiki perilaku rakyatnya, lha wong perilaku mereka sendiri saja… naudzubillah. Berapa banyak sih, uang rakyat yang sudah dikemplang oleh para oknum? Berapa banyak dana pembangunan nyangkut di sana-sini? Berapa banyak ‘penghalalan segala cara’ untuk mempertahankan kursi empuk yang telah lama diduduki? Demi melihat para ‘pemimpinnya’ seperti itu, bagaimana rakyat akan berperilaku lebih baik??? Yang ada, sia-sia saja para pemberdaya sejati menularkan konsep-konsep nilai luhur yang telah semakin pudar ke masyarakat kalau panutan mereka tak memberi contoh yang baik? Sampai berbusa-busa member pidato mengenai nilai luhur kemanusiaan takkan bisa mengena kalau perilaku yang diperlihatkan para pembesar negara nggak banget githu loh….
Sudah saatnya bagi kita semua, manusia-manusia bumi Indonesia untuk mentransformasikan diri, bermetamorfosis menjadi manusia-manusia sejati, yang merdeka, menggunakan akal sehat dan hati nurani dalam setiap langkah kita. Mulai dari diri masing-masing, nggak usah menunggu contoh teladan para ‘pemimpin’. Percayalah dengan ridho Sang Pencipta, baldatun thoyibatun wa robbun ghoffur pasti terlaksana….(akar_atya)

Pemberdayaan Masyarakat

UPAYA MENCETAK TENAGA DENGAN SKILL MEMADAI DAN MERANGSANG SEMANGAT WIRAUSAHA

PATI. Tambaharjo
Meskipun sedikit terlambat untuk melaksanakan kegiatan penyerapan dana BLM tahap III 2008 yang alokasinya untuk kegiatan social dan infrastruktur, BKM Tambah Makmur Desa Tambaharjo akhirnya berhasil juga menyelesaikan persyaratan administratif berupa penyusunan proposal untuk memanfaatkan dana alokasi sosial. Sedianya, dana BLM tahap III tahun 2008 tersebut telah cair ke rekening BKM pada Nopember 2009 dan seharusnya telah dimanfaatkan. Keterlambatan pemanfaatan disebabkan BKM dalam masa transisi setelah pelaksanaan Pemilihan Ulang anggota Pimpinan Kolektif. Anggota-anggota baru yang terpilih ternyata adalah orang-orang dengan tingkat kesibukan lumayan tinggi, karenanya pemanfaatan dana BLM agak terhambat. Untuk mengatasinya, tim fasilitator berusaha mendorong para anggota BKM untuk melakukan koordinasi. Dalam hal ini, tim fasilitator mendapat dukungan penuh dari pihak Pemerintah Desa Tambaharjo. Akhirnya, BKM menyadari bahwa meskipun kegiatan-kegiatan dalam PNPM – MP bersifat kerelawanan, namun bukan berarti bisa diabaikan dan dianggap remeh. Kegiatan yang difasilitasi oleh PNPM merupakan kegiatan pemberdayaan yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berproses bersama dan pada akhirnya diharapkan kelak akan membawa desa mereka ke tataran desa yang mandiri – bahkan mungkin sampai tataran madani.
Akhirnya, para anggota BKM dan tim fasilitator sepakat untuk terjun langsung bersama UPS untuk fasilitasi pembentukan KSM, penyusunan RAB (Rencana Anggaran Biaya) hingga pembuatan proposal. Sesuai dengan data matriks kebutuhan di PJM Pronangkis, BKM menetapkan bahwa untuk alokasi dana sosial tahun 2008 akan dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan menjahit dan kegiatan pelatihan bengkel motor. BKM mensosialisasikan adanya alokasi social ini kepada masyarakat desa Tambaharjo baik melalui kegiatan pelatihan relawan, BKM, UP-UP maupun KSM yang didanai fixed cost maupun melalui pertemuan RT yang rutin diadakan oleh masyarakat. Setelah mendapatkan sosialisasi, masyarakat membentuk KSM yang anggotanya bersifat umum untuk satu desa.
Peserta pelatihan menjahit ini berjumlah 14 orang. Semuanya perempuan. Sebagian ada yang sudah menikah dan selama ini sibuk menjadi ibu rumah tangga, sebagian lainnya merupakan lulusan SMP dan SMA yang masih menganggur dan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Diharapkan dengan mengikuti pelatihan menjahit ini, mereka akan memiliki ketrampilan/skill yang bermanfaat untuk menambah penghasilan keluarga dengan membuka usaha jahit. Selain mempersiapkan tenaga yang memiliki skill menjahit, kegiatan pelatihan ini diharapkan akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
“Ini kesempatan emas buat panjenengan sekalian untuk menimba ilmu dan kemudian mempraktikkannya langsung di masyarakat. Misalnya, dengan membuka usaha menjahit atau konveksi. Pelatihannya gratis, panjenengan ndak perlu bayar. Bahan-bahan juga disediakan. Yang perlu panjenengan berikan hanyalah waktu luang dan tekad untuk mengubah kehidupan panjenengan….” Demikian disampaikan Kepala Desa tambaharjo – Bapak Mubaligh, S.Pd. – pada acara pembukaan pelatihan menjahit di balai desa pada tanggal 1 Pebruari 2010.
Pada kesempatan tersebut, sekali lagi para peserta ditantang kembali kesanggupannya untuk mengikuti pelatihan dan tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan membolos. Para peserta menyatakan akan serius dan bahkan merasa sangat beruntung bisa mengikuti pelatihan semacam ini. Antusiasme peserta pelatihan menjahit semakin bertambah ketika ketua KSM “PUTRI MANDIRI” yang sekaligus sebagai instruktur pelatihan, Bu Sri Cahyani, didatangi warga lain yang merasa menyesal karena terlambat mendaftarkan diri. Semula beberapa warga masih apatis dan menganggap kegiatan pelatihan tersebut hanya formalitas. Namun, setelah mereka melihat pelaksanaan kegiatan yang ditangani secara professional dan dilatih oleh tenaga professional yang telah seringkali memberikan pelatihan sampai ke kecamatan lain, barulah mereka merasa menyesal. Dari banyaknya usulan yang masuk ke BKM tersebut, BKM menyimpulkan bahwa masih banyak warga desa Tambaharjo yang berharap kegiatan pelatihan menjahit ini bisa diadakan lagi ke depannya, karena dinilai cukup potensial untuk persiapan membuka usaha secara mandiri.
“Saya sampai bingung, Mbak, menghadapi warga yang ingin mengikuti pelatihan menjahit susulan. Saya jelaskan saja bahwa kalau pesertanya banyak, malah tidak efektif. Saya biasanya kalau melatih seperti ini, maksimal dua puluh orang saja. Ndak pernah lebih.” Cerita Bu Sri Cahyati.
Menghadapi hal semacam itu, para anggota BKM “TAMBAH MAKMUR” berusaha memfasilitasi usulan pengadaan pelatihan menjahit untuk dimasukkan sebagai bagian kegiatan sosial di PJM Pronangkis tahun 2010 – 2012. Salah seorang anggota BKM yang intens melakukan pendampingan kegiatan pelatihan, H.M. Suharto, menyatakan bahwa pelatihan ini merupakan upaya awal BKM Tambaharjo untuk mencetak tenaga-tenaga terampil di desa Tambaharjo. Kalau kelak ada alokasi kegiatan sosial lagi, BKM akan memanfaatkannya untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif dan kemanfaatannya lebih bersifat jangka panjang.
Pelatihan menjahit yang direncanakan selama delapan minggu ini dirancang dengan sistem teori – praktik. Pada minggu pertama, peserta diberikan teori dan belajar membuat pola untuk menjahit rok dengan berbagai modifikasi model. Para minggu berikutnya, peserta langsung praktik menjahit rok. Setelah peserta fasih, pelatih memberikan teori untuk menjahit baju blus dengan berbagai modifikasi model jahitan dan kerah. Saking banyaknya model blus, praktik menjahitnya lebih lama lagi, sekitar tiga minggu. Itu masih ditambah dengan praktik menjahit kemeja. Terakhir, peserta diajari cara membuat celana panjang.
“Praktik membuat blus sengaja kami berikan di tengah, sebab menjahit blus memang paling sulit dan modelnya juga paling variatif sehingga kalau kami berikan di awal, peserta akan merasa berat untuk mencernanya. Rok relatif lebih mudah. Sedangkan membuat celana lebih mudah lagi, jadi diberikan di belakang saja. Untuk praktik, peserta diperkenankan untuk menjahit pakaian sesuai ukuran tubuhnya masing-masing.” papar Bu Sri Cahyani, ketua KSM “PUTRI MANDIRI” sekaligus instruktur menjahit dengan runtut.
Pelatihan menjahit ini mendapat alokasi dana BLM PNPM – MP sebesar Rp. 9.625.000,- dan swadaya sebesar Rp.3.830.000,- sehingga total pendanaan untuk KSM “PUTRI MANDIRI” ini sebesar Rp. 13.455.000,- untuk kegiatan selama delapan minggu. Setiap hari Jum’at, kegiatan pelatihan menjahit libur. Alokasi dana sebesar itu selain digunakan untuk memberi insentif untuk pelatih, juga untuk sewa mesin jahit dan penyediaan bahan-bahan menjahit seperti kain, benang, jarum, kertas dorslag, buku dan sebagainya.
“Peserta perlu mengembangkan sendiri ketrampilan menjahitnya di luar kelas agar hasilnya maksimal. Karena yang diajarkan di kelas masih bersifat dasar-dasarnya saja. Jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan berbusana masyarakat yang  sudah macam-macam modelnya. Mereka (para peserta) juga harus rajin berlatih di rumahnya masing-masing. Kalau ditelateni dengan sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin kelak Tambaharjo ini akan memiliki tenaga terampil yang mampu memajukan desa. Kali ini pelatihan menjahit dan bengkel motor, mungkin besok-besok, kita juga perlu mengadakan pelatihan lainnya. Biar kalau bisa Tambaharjo ini memiliki semua sumber daya yang terampil di bidangnya masing-masing…” ujar Bapak Suharto dengan yakin. 
Tim fasilitator dengan sepenuh hati mengamini doa tersebut. Sebab, bagi fasilitator, tidak ada yang lebih membahagiakan dari kegiatan pemberdayaan dan pendampingan yang telah dilakukan, selain melihat masyarakat dampingannya menjadi masyarakat yang lebih baik lagi dan lebih sejahtera hidupnya. Semoga kelak, masyarakat Desa Tambaharjo ebnar-benar tambah makmur. Sesuai dengan nama BKMnya, BKM “TAMBAH MAKMUR”. (akar_atya. 15 Nopember 2010)

Ditulis untuk artikel Best Practice Kegiatan Sosial Kegiatan pendampingan masyarakat. Juga dapat diakses di web pnpm-mp KMW Prov. Jawa Tengah.

Sosok

MBAH NGATIMIN, GURU PARA PEMBERDAYA DI KELURAHAN PATI LOR
Sosoknya begitu bersahaja, humoris dan dekat dengan masyarakat Kelurahan Pati Lor. Nama lengkap beliau Hiebertus Ngatimin Pujowinoto, biasa disapa Mbah Ngatimin oleh warga Pati Lor. Hampir seluruh warga mengenal beliau dengan baik. Terlebih lagi, aktivitas kemasyarakatan Mbah Ngatimin yang sangat padat dan menyentuh level bawah masyarakat Pati Lor.
Terlahir sebagai priyayi Jogjakarta pada 5 September 1941, Mbah Ngatimin beserta keempat anak dan istri hijrah ke Pati pada tahun 1963. Pada tahun tersebut, Mbah Ngatimin mengabdi sebagai guru PNS di SMP N 4 PATI.
Setelah tujuh tahun menetap di RT. 06/RW. III Dukuh Randukuning Kelurahan Pati Lor, Mbah Ngatimin didaulat oleh warga RT untuk menjadi  ketua RT mereka. Hal itu dikarenakan sosok Mbah Ngatimin yang komunikatif dengan warga RT serta kedekatan beliau dengan pemerintah kelurahan. Sehingga diharapkan Mbah Ngatimin akan mampu menjembatani aspirasi warga RT dengan pemerintah kelurahan. Sampai sekarang, warga masih mempercayakan posisi ketua RT kepada Mbah Ngatimin.
Selain itu, Mbah Ngatimin juga menjadi ketua kelompok budidaya Lele di Desa Mustokoharjo – sekitar 5 KM dari Pati Lor. Ketika ditanya mengapa malah menjadi ketua kelompok budidaya lele di desa lain, dengan nada bercanda Mbah ngatimin menjawab bahwa itu dikarenakan di Kelurahan Pati Lor ini tidak ada lahan untuk tambak lele. Akhirnya, beliau menyewa lahan seluas 10 m x 10 m untuk beternak lele di Desa Mustokoharjo. Dari hasil budidaya lele dan ditunjang gaji sebagai PNS inilah, Mbah Ngatimin menghidupi istri keempat anaknya hingga keempatnya sekarang berhasil sukses dan bekerja di beberapa kota besar di Indonesia.
Setelah pensiun pada tahun 2001, Mbah Ngatimin tetap sibuk dengan aktivitas sosial kemasyarakatannya sebagai ketua RT dan peternak lele. Kakek delapan cucu ini memang tidak suka berpangku tangan dan bersantai-santai di rumah. Beliau sangat senang beraktivitas dan bekerja. Ketika pada tahun 2002 Kelurahan Pati Lor mendapatkan program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), Mbah Ngatimin langsung mendaftarkan diri sebagai relawan P2KP.
Mbah Ngatimin beserta para relawan lainnya membantu tim fasilitator melakukan sosialisasi ke warga mulai dari pertemuan di tingkat RT hingga memfasilitasi pertemuan di tingkat kelurahan. Mbah Ngatimin juga berperan aktif dalam proses pemilihan anggota BKM “MEKARSARI” Kelurahan Pati Lor periode awal masa bakti 2003 – 2005. Karena jasa-jasa dan melihat keaktifan beliau selama mengawal P2KP inilah, BKM yang baru terpilih dan Pemerintah Kelurahan sepakat mengangkat Mbah Ngatimin sebagai Sekretaris BKM “MEKARSARI”.
Sepak terjang Mbah Ngatimin untuk menghidupkan BKM “MEKARSARI” patut diacungi jempol. Bahkan, bisa dikatakan bahwa tanpa Mbah Ngatimin, BKM “MEKARSARI” akan keteteran untuk menyelesaikan seluruh dokumen administrasi program P2KP. Masa-masa perjuangan ‘babat alas’ P2KP di Kelurahan Pati Lor merupakan masa yang cukup sulit bagi masyarakat untuk menyesuaikan dengan program. Sebab P2KP memang masih sangat baru bagi masyarakat. Terlebih lagi, dari sisi administrasi pelaporan, P2KP sangat rumit. Jika saja tidak ada sosok panutan yang peduli dan gigih memperjuangkan kelangsungan program ini, bisa jadi saat ini warga Pati Lor akan kesulitan menyelaraskan diri dengan program. Mbah Ngatimin dengan gigih membantu administrasi kelengkapan dokumen di BKM Pati Lor. Tidak segan-segan beliau mendatangi posko tim fasilitator untuk menanyakan format-format bantu yang harus diselesaikan BKM “MEKARSARI” dan warga Pati Lor. Mulai dari format Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya, proses pembuatan PJM Pronangkis, format untuk pelaksanaan pemilihan BKM baik tingkat RT maupun tingkat kelurahan. Selain itu, selaku Sekretaris BKM, Mbah Ngatimin juga harus menyelesaikan pembukuan sekretariat yang cukup menguras tenaga beliau. Namun, semua itu dilakukan Mbah Ngatimin dengan sukarela dan senantiasa canda mengiringi beliau bekerja.
Mbah Ngatimin berpendapat bahwa P2KP (sekarang PNPM) merupakan program yang sangat bagus sebab berusaha menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pelibatan mereka secara aktif sebagai relawan. Namun demikian, seyogyanya program juga harus realistis dan lebih menghargai relawan yang ada. Terlalu menuntut relawan untuk melakukan serangkaian kegiatan dan menyelesaikan administrasi yang sangat menguras tenaga juga dianggap kurang bijaksana. Terlebih lagi bila instruksi dari atas datang mendadak dan memberikan target waktu yang sangat mepet. Bukannya melecut relawan untuk lebih semangat, malah bisa-bisa relawan yang ada akan kabur dan tak mau lagi terlibat di program ini.
“Idealnya, orang-orang yang duduk di BKM dan perangkat BKM itu sudah tercukupi kebutuhan keluarganya sehingga mereka akan lebih fokus. Sebab ini kegiatan sosial, tanpa ada imbalan uang atau dalam bentuk apapun. Kalau 60% waktu kita digunakan untuk mengurusi kegiatan sosial, maka kocar-kacirlah ekonomi keluarga... Kalau 50%, itu saja sudah sangat bagus.” Kata Mbah Ngatimin saat ditemui fasilitator di rumah beliau.
Sambil melirik sang istri yang duduk di sampingnya, Mbah Ngatimin melanjutkan, “kalau seluruh waktu dan tenaga didedikasikan untuk PNPM ya... bisa diomelin tuh...”
Hingga saat ini, belum ada satu orangpun yang bersedia menggantikan Mbah Ngatimin, baik sebagai ketua RT mauupun sekretaris BKM. Alhasil, Mbah Ngatimin telah menjalankan tanggung jawab sebagai ketua RT selama 41 tahun dan mengalami beberapa pergantian Kepala Kelurahan!!! Dan sebagai sekretaris BKM selama 8 tahun, seusia dengan keberadaan BKM “MEKARSARI” Kelurahan Pati Lor. Mulai dari P2KP hingga menjadi PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) hingga sekarang menjadi PNPM – Mandiir Perkotaan, Mbah Ngatimin tetap asyik dengan kegiatan sosial kemasyarakatannya. Ketika koordinator dan para anggota BKM telah berganti orang-orang yang berbeda selama beberapa periode, Mbah Ngatimin tetap setia dipercaya sebagai sekretaris BKM.
Luar biasanya lagi, semangat beliau tidak pernah padam. Mbah Ngatimin tetap bersahaja, humoris dan kehadiran beliau senantiasa bisa mencairkan suasana. Tak mengherankan bila para anggota BKM dan UP-UP yang sekarang berkantor tetap di kompleks Kantor Kelurahan Pati Lor, Jalan Penjawi ini akan senang bila ada Mbah Ngatimin di kantor BKM. Guyonan-guyonan segar Mbah Ngatimin sedikit banyak akan mengusir kejenuhan mereka saat menjalankan aktivitas di program pemberdayaan masyarakat ini.
Meskipun senantiasa berusaha menjaga semangat pengabdian di masyarakat, terkadang Mbah Ngatimin juga merasa jenuh dan tertekan. Bahkan terkadang muncul perasaan ingin meletakkan tanggung jawab sebagai ketua RT maupun sekretaris BKM. Biar dipegang oleh kaum muda saja. Namun, Mbah Ngatimin juga tidak bisa sepenuhnya meletakkan tanggung jawab yang telah diamanahkan warganya. Mbah Ngatimin tetap merasa bahwa itulah pengabdiannya untuk masyarakat, peninggalan yang kelak akan mereka kenang dengan indah, akan jasa-jasa dan pengorbanannya. Baik waktu, tenaga, pikiran, bahkan terkadang juga pengorbanan biaya. Untuk menghilangkan rasa jenuh dan tekanan tanggung jawab, Mbah Ngatimin sesekali memilih rehat sejenak dari aktivitas ke-BKM-an dan menenggelamkan diri di tambak. Atau sesekali berdiam diri di rumah bersama istri, sambil mendengarkan langgam Jawa kegeramaran beliau. Begitu rasa jenuh itu hilang, Mbah Ngatimin akan kembali beraktivitas sebagai tenaga sosial yang bersemangat.
Mbah Ngatimin bersama para anggota BKM dan UPK juga berperan besar terhadap keberadaan program reward ND (Neighborhood Development) yang saat ini diterima BKM “MEKARSARI” dari Pemerintah RI. BKM “MEKARSARI” berhasil mengakses dana ND sebesar Rp.1 Milliar yang akan digunakan untuk pembangunan lingkungan berbasis komunitas. Rencananya, dana ini akan digunakan untuk membangun city walk (Penjawi Night Market) di sepanjang jalan Penjawi, Kelurahan Pati Lor.
Saat ini, Mbah Ngatimin sangat berharap akan adanya regenerasi sekretaris BKM. Beliau sangat berharap ada tokoh pemuda yang tampil untuk menggantikan tanggung jawab beliau. Namun, hingga saat ini harapan beliau belum juga terjawab. Lebih tepatnya, belum ada pemuda yang berani menjawab tantangan beliau untuk menggantikan sosok Mbah Ngatimin memegang amanah sebagai sekretaris BKM sekelas BKM “MEKARSARI” Kelurahan Pati Lor. Entah sampai kapan. (akar_atya_Juni 2011).

Tulisan ini ditulis sebagai artikel Best Practice kegiatan Pemberdayaan Masyarakat (kategori sosok tokoh) dan ditayangkan di web pnpm-mp.